I. Judul Pratikum : Analisis Kualitatif Zat Anti Gizi HCN Pada Talas
II.
Hari, tanggal pratikum : Jumat, 17
Mei 2013
III.
Tujuan Pratikum :
·
Penentuan Zat Anti Gizi HCN Pada Talas
·
Untuk
Mengetahui Kandungan HCN pada Sampel (talas)
IV.
Prinsip Pratikum :
Cuplikan diasamkan dan dipanaskan
untuk membebaskan uap sianida yang kemudian diidentifikasikan secara reaksi
warna. Pereaksi khusus menggunakan asam pikrat.
V.
Dasar Teori
Asam
sianida adalah zat molekular yang kovalen, namun mampu terdisosiasi dalam
larutan air, merupakan gas yang sangat beracun (meskipun kurang beracun dari H2S),
tidak bewarna dan terbentuk bila sianida direaksikan dengan sianida. Dalam
larutan air, HCN adalah asam yang sangat lemah, pK25°= 9,21 dan
larutan sianida yang larut terhidrolisis tidak terbatas namun cairan murninya
adalah asam yang kuat.
HCN adalah suatu racun kuat yang
menyebabkan asfiksia. Asam ini akan mengganggu oksidasi (pengakutan O2) ke
jaringan dengan jalan mengikat enzym sitokrom oksidasi. Oleh karena adanya
ikatan ini, 02 tidak dapat digunakan oleh jaringan sehingga organ yang sensitif
terhadap kekurangan 02 akan sangat menderita terutama jaringan otak. Akibatnya
akan terlihat pada permukaan suatu tingkat stimulasi daripada susunan saraf
pusat yang disusul oleh tingkat depresi dan akhirnya timbul kejang oleh hypoxia
dan kematian oleh kegagalan pernafasan. Kadang-kadang dapat timbul detak
jantung yang ireguler.
Asam bebas HCN mudah menguap dan
sangat berbahaya, sehingga semua eksperimen, dimana kemungkinan asam sianida
akan dilepas atau dipanaskan, harus dilakukan didalam lemari asam (Vogel,
1990).
Asam sianida cepat terserap oleh
alat pencernaan dan masuk kedalam aliran darah lalu bergabung dengan hemoglobin
di dalam sel darah merah. Keadaan ini menyebabkan oksigen tidak dapat diedarkan
dalam sistem badan. Sehingga dapat menyebabkan sakit atau kematian dengan dosis
mematikan 0,5-3,5 mg HCN/kg berat badan.
Glikosida sianogenetik merupakan
senyawa yang terdapat dalam bahan makanan nabati dan secara potensial sangat
beracun karena dapat terurai dan mengeluarkan hidrogen sianida. Asam sianida
dikeluarkan dari glikosida sianogenetik pada saat komoditi dihaluskan,
mengalami pengirisan atau mengalami kerusakan.
Senyawa glikosida sianogenetik
terdapat pada berbagai jenis tanaman dengan nama senyawa berbeda-beda, seperti
amigladin pada biji almond, apricot, dan apel, dhurin pada biji shorgun dan
linimarin pada kara dan singkong. Nama kimia amigladin adalah glukosida
benzaldehida sianohidrin, dhurin adalah glukosida p-hidroksi-benzaldehida sianohidrin dan linamarin glikosida aseton
sianohidrin (Winarno, 2002).
Pada percobaan analisis zat anti
gizi HCN menggunakan berbagai macam sampel seperti singkong, kulit singkong,
ubi kuning, talas, ubi ungu, rebung, jengkol dan daun singkong. Pada pratikum
ini saya mendapatkan penentuan analisis zat anti gizi HCN pada Talas.
Talas adalah bahan makanan yang biasa
dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Talas mengandung energi sebesar 98
kilokalori, protein 1,9 gram, karbohidrat 23,7 gram, lemak 0,2 gram, kalsium 28
miligram, fosfor 61 miligram, dan zat besi 1 miligram. Selain itu di
dalam Talas juga terkandung vitamin A sebanyak 20 IU, vitamin B1 0,13 miligram
dan vitamin C 4 miligram. Hasil tersebut didapat dari melakukan
penelitian terhadap 100 gram Talas, dengan jumlah yang dapat dimakan sebanyak
85 %.
Komponen terbesar dari karbohidrat
talas adalah pati yang mencapai 77,9 persen. Pati umbi talas terdiri atas 17-28
persen amilosa, sisanya 72-83 persen adalah amilopektin.Tingginya kadar
amilopektin menyebabkan talas bersifat pulen dan lengket seperti beras ketan.
Keunggulan lain dari pati talas adalah mudah dicerna, sehingga cocok digunakan
sebagai makanan bayi atau penyembuhan pasca sakit.
Talas juga memiliki kadar protein yang lebih baik. Protein
ini mengandung beberapa asam amino esensial meski miskin histidin, lisin,
isoleusin, triptofan, dan metionin.Untuk meningkatkan kualitas protein, talas
dapat dikonsumsi dengan kacang-kacangan.Talas juga mengandung lemak, vitamin,
dan mineral.
Seperti umbi-umbian lain, umbi talas juga mengandung
oligosakarida, terutama rafinosa. Oligosakarida tersebut tidak tercerna di
dalam usus halus, tetapi masuk ke dalam usus besar.Di dalam usus besar,
rafinosa difermentasi oleh sejumlah mikroflora menghasilkan bermacam gas,
seperti metan (CH4), karbon dioksida (C02), dan hidrogen (H2).
Akumulasi gas-gas tersebut menyebabkan kembung, sehingga
orang sering buang gas (kentut) setelah makan talas.Namun, proses pemasakan
seperti perebusan, penggorengan, pengukusan, atau pemanggangan yang cukup dapat
membantu mereduksi senyawa rafinosa pada talas.
Talas memiliki kulit yang berwarna kemerah-merahan dan kasar (bekas akar). Umbinya berwarna putih keruh. bentuknya lonjong-agak membulat dengan diameter sekitar 10 cm. Mengandung alkaloid, glikosida, saponin, minyak esensial, resin, dan beberapa gula serta asam-asam organik. Mengandung pati (18.2%), sukrosa & gula pereduksi (1.42%), karotenoid dan antosianin, serta Kalsium Oksalat yang menyebabkan gatal-gatal.
Talas memiliki kulit yang berwarna kemerah-merahan dan kasar (bekas akar). Umbinya berwarna putih keruh. bentuknya lonjong-agak membulat dengan diameter sekitar 10 cm. Mengandung alkaloid, glikosida, saponin, minyak esensial, resin, dan beberapa gula serta asam-asam organik. Mengandung pati (18.2%), sukrosa & gula pereduksi (1.42%), karotenoid dan antosianin, serta Kalsium Oksalat yang menyebabkan gatal-gatal.
VI.
Alat dan Bahan
Bahan :
AsamTartrat 5 %
NaCO3 8%
H2O
Talas
Alat :
2 buah Erlenmeyer tertutup
Gelas ukur 100 ml
Gelas ukur 10 ml
Lumpang dan Alu
VII.
Prosedur Kerja
A. Mempersiapkan
sampel (talas)
1. Mencuci
bahan (talas) dengan air.
2. Menghancurkan
bahan (talas) dengan menggunakan lumping dan alu
3. Menimbangbahan
(talas) 10 gram denganmenggunakantimbangan
B. Membuat
larutan NaCO3
1. Timbanglah
Kristal NaCO3sebanyak 4 gram dengan menggunakan timbangan.
2. Larutkanlah
Kristal NaCO3tersebut dalam 50 ml H2O
C. MembuatLarutanAsamtartrat
1. Timbanglah
Kristal asam tartrat sebanyak 7.5 gram dengan menggunakan timbangan.
2. Larutkanlah
Kristal asam tartrat tersebut dalam 150 ml H2O
D. Analisis
Kualitatif HCN
1. Timbanglah
5-10 gram bahan (Talas) yang sudah dihancurkan lalu masukkan kedalam Erlenmeyer
tertutup.
2. Menambahkan
50 ml aquadest dan 3 ml asam tartrat 5% kedalam Erlenmeyer tertutup.
3. Mencelupkan
kertas pikrat dalam larutan NaCO3 8% lalu menggantungkan kertas pikrat
pada mulut Erlenmeyer dan tidak boleh menyentuh bahan.
4. Panaskan
pada suhu 40 – 50o C dengan menggunakan penangas air.
5. Mengamati
perubahan warna yang terjadi.
6. Sampel
positif mengandung HCN apabila kertas pikrat berubah warna menjadi warna merah
orange.
7. Melakukan
pengulangan 2 kali.
VIII.
Hasil Pengamatan
Kelompok
|
Sampel
|
Hasil Pengamatan
|
|
U1
|
U2
|
||
I
|
Singkong
|
+++
|
+++
|
I
|
Kulit singkong
|
++++
|
++++
|
II
|
Ubi jalar kuning
|
-
|
-
|
III
|
Talas
|
-
|
+
|
IV
|
Ubi jalar ungu
|
-
|
-
|
V
|
Rebung
|
+++++
|
+++++
|
VI
|
Jengkol
|
++
|
++
|
VII
|
Daun singkong
|
+++++
|
+++++
|
IX.
Pembahasan
Pada percobaan kali ini bertujuan untuk mengetahui kandungan
HCN pada sampel yang digunakan. Berdasarkan percobaan sampel yang di uji
diantaranya adalah singkong, kulit singkong, ubi kuning, talas, ubi ungu,
rebung, jengkol dan daun singkong.
Berdasarkan kandungan HCN pada sampel yang paling positif
(5) adalah rebung dan daun singkong, positif (4); kulit singkong, positif (3);
singkong , positif (2) jengkol dan positif (1); talas dan negatif pada ubi
jalar ungu dan ubi jalar kuning.
Percobaan diawali dengan memaserasikan 10 gram sampel yang
telah dihaluskan ke dalam H2O pada erlenmayer. Maserasi sampel ini bertujuan untuk melakukan penyarian zat aktif
yang terdapat pada sampel. Dimana cairan penyari (pelarut) yang
digunakan adalah H2O. Cairan penyari akan
masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena
adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel.
Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan
penyari dengan konsentrasi rendah (proses difusi). Peristiwa tersebut berulang
sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar
sel dan di dalam sel dimana zat glucosida yang mengandung HCN
ini akan larut dalam cairan penyari. Sampel yang dihaluskan terlebih dahulu
bertujuan mempercepat proses penyarian zat aktif selama maserasi dilakukan. Reaksi
yang terjadi yaitu :
CN- + H2O
HCN + OH-
Pada saat proses maserasi, ditambahkan pula asam tartrat 5% ke
dalam erlenmayer tersebut. Hal ini bertujuan untuk menghasilkan uap HCN. Uap
HCN yangdihasilkan disebabkan oleh hidrogen dari asam tartarat (H2.C4H4O6)
beraksi dengan ion CN- yang terlarut dalama air sehingga dihasilkanlah uap HCN.
Reaksi yang berlangsungadalah :
2CN-+ 2H è
2HCN
Selanjutnya, kertas saring dicelupkan kedalam asam pikrat jenuh
yang kemudian setelah kering dibasahi dengan Na2CO3 8%. Kertas saring yang
tercelup asam pikrat menyebabkan kertas saring menjadi kuning.Percobaan
dilanjutkan dengan menggantungkan kertas saring pada leher erlenmayer
sehingga kertas tidak terjadi kontak dengan cairan didalam erlenmayer.Kertas
saring yang dicelupkan kedalam asam pikrat ini bertujuan supaya uap HCN
terperangkap didalam asam tersebut sehingga uap HCN yang dihasilkan dapat
mengubahkertas saring yang semula berwarna kuning menjadi merah.
Dari hasil percobaan telah diperoleh bahwa rebung, daun
singkong, kulit singkong, singkong, jengkol dan talas mengandung HCN yang
ditandai dengan adanya perubahan warna dari kuning menjadi warna orange pada
kertas asam pikrat yang di gantung pada leher labu Erlenmeyer walaupun terdapat
perbedaan kandungan HCN.
Kandungan HCN yang paling Positif (5) adalah rebung dan daun
singkong. Hal ini dapat terjadi dikarenakan pada rebung yang digunakan
mengeluarkan getah putih yang mengandung zat glucosida, dimana zat glucosida
ini mengandung racun HCN (Cyanogenetic glucoside). Sedangkan pada daun singkong
juga mengandung glikosia cyanogenik, artinya suatu ikatan organik yang dapat
menghasilkan racun biru atau HCN yang bersifat toksik. zat glikosida ini diberi
nama Linamarin.
Linamarin merupakan
salah satu senyawa "cyanogenic glycoside" (nama umum). Tanaman yang mengandung
senyawa ini disebut juga dengan "cyanophoric". Kandungan HCN pada ubi
kayu 3-5 kali lebih besar pada kulitnya dibandingkan pada daging umbinya. Juga
terdapat pada daun, yang pada daun muda jumlahnya lebih banyak daripada daun
tuanya.
Pada kulit singkong
positif (4) mengandung HCn sedangkan singkong positif (3) mengandung HCN . Sama
halnya dengan daun singkong; kulit singkong dan umbi singkong mengandung glikosia cyanogenik, artinya suatu
ikatan organik yang dapat menghasilkan racun biru atau HCN yang bersifat
toksik. zat glikosida ini diberi nama Linamarin. Namun, kadar HCNnya
berbeda-beda. Kandungan HCN pada singkong 3-5 kali lebih besar
pada kulitnya dibandingkan pada daging umbinya. Pada jengkol positif (2) mengandung HCN. Pada jengkol mengandung 1 – 2
% asam sianida yang sering disebut dengan asam jengkolat.
Pada talas positif (1)
mengandung HCN. Talas mengandung banyak senyawa kimia yang dihasilkan sebagai
produk sekunder proses metabolisme. Senyawa-senyawa tersebut terdiri dari
alkaloid, glikosida, saponin, essential oils, resin, beberapa gula dan
asam-asam organik. Umbi talas banyak mengandung pati yang mudah dicerna.
Kandungan patinya sekitar 18,2 %, sedangkan sukrosa dan gula pereduksinya
sekitar 1,42 %. Talas mengandung pigmen karotenoid yang berwarna kuning dan anthosianin
yang berwarna merah. Umbi talas mengandung kristal kalsium oksalat yang
menyebabkan rasa gatal. Senyawa penyusun talas yang menyebabkan kadar HCN pada
talas sedikit adalah sukrosa dan gula pereduksi sekitar 1.42%
Sedangkan pada sampel Ubi kuning dan Ubi Ungu negatif
mengandung HCN . Hal ini karena tingkat
kemanisan pada ubi tersebut. Dimana, yang kita ketahui semakin tinggi kemanisan
suatu umbi maka kadar HCN yang terdapat pada umbi semakin sedikit dengan
kadar HCN rendah <100>100 mg/kg.
X.
Kesimpulan
1. Kandungan
HCN pada sampel yang paling positif (5) adalah rebung dan daun singkong,
positif (4); kulit singkong, positif (3); singkong , positif (2) jengkol dan
positif (1); talas dan negatif pada ubi jalar ungu dan ubi jalar kuning.
2. Kandungan
HCN yang paling Positif (5) adalah rebung dan daun singkong. Hal ini dapat
terjadi dikarenakan pada rebung yang digunakan mengeluarkan getah putih yang
mengandung zat glucosida, dimana zat glucosida ini mengandung racun HCN
(Cyanogenetic glucoside). Sedangkan pada daun singkong juga mengandung glikosia
cyanogenik, artinya suatu ikatan organik yang dapat menghasilkan racun biru
atau HCN yang bersifat toksik. zat glikosida ini diberi nama Linamarin.
3. Pada
kulit singkong positif (4) mengandung HCn sedangkan singkong positif (3)
mengandung HCN . Sama halnya dengan daun singkong; kulit singkong dan umbi
singkong mengandung glikosia
cyanogenik.
4. Kandungan
HCN pada singkong 3-5 kali lebih besar pada kulitnya dibandingkan pada daging
umbinya. Pada jengkol positif
(2) mengandung HCN. Pada jengkol
mengandung 1 – 2 % asam sianida yang sering disebut dengan asam jengkolat.
5. Pada talas positif (1) mengandung HCN. Senyawa
penyusun talas yang menyebabkan kadar HCN pada talas sedikit adalah sukrosa dan
gula pereduksi sekitar 1.42%.
6. Ubi
kuning dan Ubi Ungu negatif mengandung HCN . Hal ini karena tingkat kemanisan pada ubi tersebut.
Dimana, yang kita ketahui semakin tinggi kemanisan suatu umbi maka kadar HCN
yang terdapat pada umbi semakin sedikit dengan kadar HCN rendah
<100>100 mg/kg.
XI.
Daftar Pustaka
Agustini dkk. 2013. penuntun Pratikum kima pangan.
Tersedia online :
anonim.2013.analisa kualitatif asam sianida. http://tumpahankegelisahan.blogspot.com/2013/04/analisa-kualitatif-asam-sianida-dengan.html
(diakses 18 mei 2013)
Tersedia online :
anonim.2012.behavioururldefaultvmv.
http://tolihgenthecomentar.blogspot.com/2012/06/v-behaviorurldefaultvmlo (diakses 18 mei 2013)
Tersedia online : anonim.2010.umbi umbian
http://playingwithfoodchemistry.blogspot.com/2010/08/umbi-umbian.html
(diakses 18 mei 2013)
Tersedia online : anonim.2012.olahan
pangan
http://ucup-olahanpangan.blogspot.com/2012_05_01_archive.html
(diakses 19 mei 2013)
Denpasar,
21 Mei 2013
Penanggung Jawab
Sang ayu kadek istabella purnami
P07131012020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar